Doa Niat Puasa Ramadhan yang Benar

ofasholatan - Niat puasa merupakan salah satu syarat sah puasa. Maka barang siapa yang menjalankan ibadah puasa ramadhan tanpa ada niat puasa ramadhan maka tidak sah puasanya, karena Puasa Ramadhan adalah ibadah yang diwajibkan oleh Allah SWT, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 183 yang artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183)
Dan setiap ibadah tidaklah sah kecuali dengan niat. Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
Artinya :
"Sesungguhnya setiap amal itu tergantung dari niatnya." (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907, dari ‘Umar bin Al Khottob)
lafadz niat puasa ramadhan yang benar
Ilustrasi: Niat Puasa Ramadhan setelah selesai sholat tarawih
Berkenaan dengan niat puasa ramadhan, sudah menjadi budaya kita (khususnya di tempat tinggal kami) membaca doa niat puasa ramadhan sebulan yang pelaksanaanya secara berjama'ah dimasjid atau mushola setiap malam hari setelah selesai sholat tarawih selama bulan suci ramadhan. Dan yang kebetulan tidak sempat melaksanakan sholat tarawih berjama'ah biasanya niat sendirian sebelum masuk waktu imsak dan/atau sebelum waktu subuh.

Adapun lafadz bacaan niat puasa ramadhan adalah sebagai berikut :
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ اَدَاءِ فَرْضَ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ ِللهِ تَعَالَى
Artinya :
Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu di bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah Ta'ala.
Itulah lafadz niat puasa ramadhan yang selama ini kami amalkan sebagaimana para kiyai dan ustad ajarkan kepada kami. Jika ada dari pembaca yang merasa ragu dengan niat puasa diatas, kami sarankan untuk bertanya (niat puasa ramadhan yang benar) secara langsung kepada kiyai, ustad atau guru ngaji para pembaca semua.

Perlu diketahui, bahwasanya niat puasa ramadhan barulah teranggap benar apabila memenuhi tiga hal berikut ini, seperti dilansir dari muslim.or.id (14/6/2013).
  1. At-Tabyiit (Berniat di malam hari sebelum Shubuh)
    Apabila niat puasa ramadhan (puasa wajib) baru dimulai setelah terbit fajar Shubuh, maka puasanya tidaklah sah. Dalilnya adalah hadits dari Hafshoh, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
    مَنْ لَمْ يُبَيِّتْ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ
    Artinya :
    “Siapa yang belum berniat di malam hari sebelum Shubuh, maka tidak ada puasa untuknya.” (HR. An Nasai no. 2333, Ibnu Majah no. 1700 dan Abu Daud no. 2454. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini dho’if. Sedangkan Syaikh Al Albani menshahihkan hadits ini).
    Sedangkan untuk puasa sunnah, boleh berniat di pagi hari asalkan sebelum waktu zawal (tergelincirnya matahari ke barat). Dalilnya sebagai berikut:
    عَنْ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا دَخَلَ عَلَىَّ قَالَ « هَلْ عِنْدَكُمْ طَعَامٌ ». فَإِذَا قُلْنَا لاَ قَالَ « إِنِّى صَائِمٌ »
    Artinya :
    Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menemuiku lalu ia berkata, “Apakah kalian memiliki makanan?” Jika kami jawab tidak, maka beliau berkata, “Kalau begitu aku puasa.” (HR. Muslim no. 1154 dan Abu Daud no. 2455).
  2. At-Ta’yiin (Menegaskan niat)
    Yang dimaksudkan di sini adalah niat puasa yang akan dilaksanakan harus ditegaskan apakah puasa wajib ataukah sunnah. Jika puasa Ramadhan yang diniatkan, maka niatannya tidak cukup dengan sekedar niatan puasa mutlak. Dalilnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
    وَإِنَّمَا لاِمْرِئٍ مَا نَوَى
    Artinya :
    “Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan.” (Muttafaqun ‘alaih)
    Adapun puasa sunnah tidak disyaratkan ta’yin dan tabyit sebagaimana dijelaskan pada point 1 dan 2. Dalilnya adalah sebagaimana hadits ‘Aisyah yang tadi telah terlewat.
  3. At-Tikroor (Niat puasa ramadhan harus berulang setiap malamnya)
    Niat mesti ada di setiap malamnya sebelum Shubuh untuk puasa hari berikutnya. Jadi tidak cukup satu niat untuk seluruh hari dalam satu bulan. Karena setiap hari dalam bulan Ramadhan adalah hari yang berdiri sendiri. Ibadah puasa yang dilakukan adalah ibadah yang berulang. Sehingga perlu ada niat yang berbeda setiap harinya. (Lihat Al Fiqhul Manhaji, hal. 340-341).

Insya Allah ketiga point diatas terpenuhi. Semoga Allah SWT menerima ibadah puasa kita serta ibadah-ibadah lainnya, baik ibadah selama bulan puasa ramadhan maupun sebelum dan sesudahnya nanti. Amin.

Semoga bermanfaat. Selamat menunaikan ibadah puasa ramadhan 2018 / 1439 H.